Minggu, 24 Maret 2013

The Beauty of Sinabung

    Postingan berikut ini sebenarnya ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum yaitu mengenai sensasi dan persepsi. Ada baiknya sebelum saya menulis cerita saya, saya akan menjelaskan sedikit tentang sensasi dan persepsi. Sensasi  merupakan proses “merasakan” lingkungan sekitar kita melalui sentuhan, rasa, pandangan, suara dan penciuman. Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”. Persepsi merupakan proses menerjemahkan sensasi dan membuat informasi menjadi lebih bermakna. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Oke, kita lanjut ke cerita saya.

Danau Lau Kawar
   Pada awal November tahun lalu saya dan beberapa teman saya melakukan pendakian ke puncak gunung Sinabung. Kami berangkat dari Medan sekitar pukul 10.00 WIB dan sampai di kaki gunungnya sekitar pukul 13.00 WIB. Di kaki gunung ini terdapat sebuah danau yang tidak terlalu besar tetapi danau ini lumayan indah, danau Lau Kawar namanya. Belakangan air di danau ini mulai
surut (banyak berkurang) dibandingkan saat-saat yang lalu ketika saya datang kesini juga. Tidak tahu ntah apa yang menyebabkan air di danau ini surut, dan kami pun tidak ingin mencari tahu penyebabnya, karena tujuan kami datang kesini hanyalah untuk naik gunung, dan bukan untuk studi tentang ke-airan, hehehe.



                                                                                      
    Sesampainya di kaki gunung kami pun bergegas untuk menyiapkan tenda untuk tempat peristirahatan sebelum kami mendaki. Sebenarnya jika kita memang mau mendaki tetapi kita tidak punya tenda, itu bukan menjadi suatu masalah, karena di kaki gunung ini terdapat banyak warung-warung, dan kita bisa beristirahat disana sampai kita akan pergi ke puncak. Oke, lanjut cerita, setelah tenda kami berdiri, barang-barang bawaan kami pun  kami letakkan di dalamnya, dan kemudian kami pun makan siang dengan bekal bawaan kami. Setelah selesai makan kami pun tak lupa beribadah, dan setelah itu semua, kami pun turun  ke danau untuk foto-foto (biasalah, agak narsis sikit). Setelah capek foto-foto di danau kami pergi ke bukit dekat pintu rimba menuju ke puncak. Di bukit ini juga terdapat beberapa warung, tetapi warung ini tidak buka sampai malam, ketika hari mulai gelap mereka pun tutup. Dari bukit ini pemandangan kearah danau cukup mengesankan juga, tetapi masih kalah mengesankan ketika kita melihat danau ini dari puncak gunung (lho, kok tau??  soalnya udah pernah liat juga sebelumnya, sebelum pendakian kali ini, hehe). Ketika waktu mulai menjelang Maghrib, kami pun turun dari bukit tersebut untuk kembali ke tenda, di perjalanan turun kami berjumpa dengan anak-anak penduduk setempat, yang keren dari mereka, mereka menggendong anak anjing di kepalanya, dan ketika kami mengambil foto mereka, mereka pun  dengan senang hati berpose dengan berbagai gaya, hahaha.

nih dia anak yang gendong anjingnya :))
    Oke, setelah kami sampai di tenda, kami pun bergegas untuk beribadah, kemudian kami bersiap untuk masak, karena perut pun mulai keroncongan. Sekitar jam setengah 8 tiba-tiba hujan pun turun, wah hujan ini akan membuat trek menuju puncak menjadi sedikit licin dan berlumpur, hahaha, tetapi hal ini tidak menyurutkan niat kami untuk tetap mendaki. Setelah itu semua, kami pun menunggu waktu hingga pukul 12 untuk melakukan pendakian, setengah jam sebelum mendaki saya tertidur dan ketika teman saya membangunkan saya, kepala saya sakitnya minta ampun, sakitnya cuman sebelah pulak itu (migraine), dan sepertinya saya agak sedikit masuk angin, dan lagi-lagi hal ini tidak menyurutkan niat saya untuk tetap menaklukkan puncak sinabung.


trek berlumpur
    Teng jam 12. Kami pun menyiapkan peralatan yang akan kami bawa. Setelah semua selesai kami pun tak lupa berdoa meminta perlindungan dari Allah SWT. Dan perjalananpun kami mulai, kami mendaki kearah bukit tadi dan memasuki pintu rimba. Dari pintu rimba menuju shelter 1 perjalanan aman-aman saja, hanya sedikit berlumpur akibat hujan yang tadi. Perjalaanan dari shelter 1 ke shelter 2 pun aman-aman saja. Oh iya, kami biasanya beristirahat sekitar 5-15 menit di tiap shelter (*sedikit tips, jika memang mau beristirahat di setiap shelter usahakan di tiap peristirahatan berhenti kurang dari 10 menit, karena jika terlalu lama hawa dingin akan  membuat baju kita yang basah karena keringat akan menjadi sangat dingin, dan ini akan memperparah kondisi orang yang sedang masuk angin). Oke lanjut,  perjalanan dari shelter 2 ke shelter 3 agak kurang menyenangkan bagi saya, karena apa? Karena baru seperempat perjalanan perut saya terasa mual dan migraine saya semakin menjadi-jadi, walhasil saya pun memanggil-manggil uwak saya *alias muntah*, wahaha. Setelah muntah, kami beristirahat sebentar lagi sekitar 3 menitan, dan saya mengganti baju saya yang basah tadi, kemudian setelah muntah itu  Alhamdulillah kondisi saya sangat membaik, dan sakit kepala saya pun perlahan-lahan menghilang. Oke, perjalanan kami lanjut dan sampai ke shelter 3, disini kami beristirahat kurang dari 10 menit. Perjalanan kami lanjut hingga sampai ke tempat mata air yang biasa disebut para pendaki daerah pandan karena disini banyak terdapat pandan, dan pandannya pun sangat besar-besar. Di daerah pandan ini seperempat perjalanan lagi akan sampai ke shelter 4. Disini kami beristirahat sebentar sambil mengisi persediaan air minum kami. Perjalanan kami lanjut, dan akhirnya sampai di shelter 4. Dari shelter 4 menuju shelter 5 trek menuju puncak sinabung pun sudah mulai berubah, yang tadinya di tengah hutan dan berlumpur, trek kali ini sudah mulai masuk ke daerah bebatuan nan licin (akibat hujan tadi, kalo tidak hujan biasanya tidak terlalu licin). Sesampainya di shelter 5 kami beristirahat sebentar, kemudian lanjut jalan lagi. Dari shelter 5 menuju ke puncak ini baru trek yang bisa di bilang seru, karena di trek kali ini kita akan memanjat bebatuan tersebut dengan kemiringan kurang lebih 80 derajat. Oke, panjat memanjat babatuan lewat, daaaannnn akhirnya sampai lah kami di puncak sinabung. Kami sampai di puncak pukuil 04.30 WIB. Di puncak kami beristirahat dan menunggu-nunggu waktu Shubuh. Ketika waktu Shubuh tiba teman saya mengumandangkan Adzan dan kami pun beribadah, dan stelah itu tidur sebentar lagi menunggu sang matahari tebit.

            
sunrise
        Dan sekitar pukul 06.00 WIB sang surya pun mulai menampakkan dirinya. Dan seperti biasa kami pun mulai berfoto ria, hehehe. Sekitar pukul 06.30 WIB kami pun sarapan ditemani dengan kopi dan susu hangat, maknyos hangatnya. Pada pendakian kali ini di puncak gunung terdapat kabut yang cukup tebal, sehingga jarak pandang kami hanya berkisar 5 meter, yang biasanya skitar jam 7 semua pemndangan udah terlihat jelas, tetapi kali ini masih tertutup oleh kabut. Hal ini menyebabkan pemandangan di puncak agak kurang cantik, sehingga kami memutuskan untuk agak berlama-lama di puncak, menunggu-nunggu sang kabut agak hilang. Ya, memang benar, sekitar jam 8-an kabut pun mulai hilang, dan mulai nampaklah keindahan pemandangan di puncak gunung sinabung, amazing, Subhanallah. Sekitar pukul 09.15 WIB sang kabut pun mulai muncul lagi, sehingga pemandangan-pemandangan yang indah pun mulai tertutupi olehnya (lagi). Setelah capek mengeksplor puncak gunung Sinabung kami pun beristirahat sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk turun sekitar pukul 10.30 WIB.


salah satu tumbuhan yang ditemukan pada saat jalan turun
      Di perjalanan turun kami menggunakan jalur yang sama dengan jalur mendaki, karena jalur untuk naik dan turun gunung sinabung hanya  satu yang sering digunakan para pendaki, berbeda dengan gunung sibayak, yang terdapat beberapa jalur untuk naik ataupun turun. Dan dalam perjalan turun kali ini pun memang sepertinya saya lagi tidak beruntung, di jalan bebatuan yang licin menuju ke shelter 4 saya terpeleset dari bebatuan yang kira-kira 1,5 meter tingginya, gedebam begitu bunyinya dan saya pun jatuh dengan posisi terduduk, alahmak, acit nai, bahahahaha. Ya, ini memang sepertinya bukan hari baik saya untuk mendaki gunung. Oh ya, atau mungkin karena saya tidak minta izin dulu dari orang tua saya, haha. Saya tidak meminta izin karena orang tua saya lagi pergi beribadah ke tanah suci waktu itu, dan kami jarang berkomunikasi agar saya tidak mengganggu fokus ibadah mereka. Biasanya saya memang selalu minta izin dulu kalok mau pergi-pergi ke tempat-tempat yang agak ekstrim. Biar didoain selamat-selamat sampai tujuan dan pulang ke rumah (ini juga salah satu tips lho, agar terhindar dari kecelakaan alam, Insya Allah). Oke, lanjut cerita, sekitar pukul 13.00 WIB kami pun sampai di pintu rimba, dan dari pintu rimba menuju ke bawah itu banyak terdapat lahan pertanian, beberapa teman saya sempat singgah di perkebunan jeruk bali milik warga, dan mereka membeli jeruk yang sebentar lagi dipanaen itu, petaninya sangat baik hati, kami membeli dengan harga Rp. 20.000,- maka dia memberi kami 1 goni jeruk tersebut, hahahaha (goni ukuran 15kg, red). Jeruknya memang tidak terlalu besar-besar, tetapi rasanya manis-manis semua.
       Oke, dan sampai lah kami di tenda. Di tenda istirahat sebentar, kemudian mandi, membereskan barang-barang, makan siang di warung, dan kemudian numpang Sholat di warung tersebut. Dan setelah semuanya selesai, kira-kira pukul 16.00 WIB kami pun bergegas pulang. Hari yang melelahkan dan sangat menyenangkan. Sekian.

Berikut beberapa foto yang kami ambil :

We are in the top

tertutup kabut

Lau Kawar


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar