Postingan
berikut ini sebenarnya ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Umum yaitu mengenai sensasi dan persepsi. Ada baiknya sebelum saya menulis
cerita saya, saya akan menjelaskan sedikit tentang sensasi dan persepsi. Sensasi merupakan proses
“merasakan” lingkungan sekitar kita melalui sentuhan, rasa, pandangan, suara
dan penciuman. Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual,
yaitu mata) sebuah benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda
itu yang ditangkap oleh organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi
sinyal-sinyal di otak, yang kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”.
Persepsi merupakan proses menerjemahkan sensasi dan membuat informasi menjadi
lebih bermakna. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia
terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia
yang bersangkutan. Oke, kita
lanjut ke cerita saya.
 |
Danau Lau Kawar |
Pada
awal November tahun lalu saya dan beberapa teman saya melakukan pendakian ke
puncak gunung Sinabung. Kami berangkat dari Medan sekitar pukul 10.00 WIB dan
sampai di kaki gunungnya sekitar pukul 13.00 WIB. Di kaki gunung ini terdapat
sebuah danau yang tidak terlalu besar tetapi danau ini lumayan indah, danau Lau
Kawar namanya. Belakangan air di danau ini mulai
surut (banyak berkurang)
dibandingkan saat-saat yang lalu ketika saya datang kesini juga. Tidak tahu
ntah apa yang menyebabkan air di danau ini surut, dan kami pun tidak ingin
mencari tahu penyebabnya, karena tujuan kami datang kesini hanyalah untuk naik
gunung, dan bukan untuk studi tentang ke-airan, hehehe.
Sesampainya
di kaki gunung kami pun bergegas untuk menyiapkan tenda untuk tempat
peristirahatan sebelum kami mendaki. Sebenarnya jika kita memang mau mendaki
tetapi kita tidak punya tenda, itu bukan menjadi suatu masalah, karena di kaki
gunung ini terdapat banyak warung-warung, dan kita bisa beristirahat disana
sampai kita akan pergi ke puncak. Oke, lanjut cerita, setelah tenda kami
berdiri, barang-barang bawaan kami pun
kami letakkan di dalamnya, dan kemudian kami pun makan siang dengan
bekal bawaan kami. Setelah selesai makan kami pun tak lupa beribadah, dan setelah itu semua, kami pun turun ke
danau untuk foto-foto (biasalah, agak narsis sikit). Setelah capek foto-foto di
danau kami pergi ke bukit dekat pintu rimba menuju ke puncak. Di bukit ini juga
terdapat beberapa warung, tetapi warung ini tidak buka sampai malam, ketika
hari mulai gelap mereka pun tutup. Dari bukit ini pemandangan kearah danau
cukup mengesankan juga, tetapi masih kalah mengesankan ketika kita melihat
danau ini dari puncak gunung (lho, kok tau??
soalnya udah pernah liat juga sebelumnya, sebelum pendakian kali ini, hehe).
Ketika waktu mulai menjelang Maghrib, kami pun turun dari bukit tersebut untuk
kembali ke tenda, di perjalanan turun kami berjumpa dengan anak-anak penduduk
setempat, yang keren dari mereka, mereka menggendong anak anjing di kepalanya,
dan ketika kami mengambil foto mereka, mereka pun dengan senang hati berpose dengan berbagai
gaya, hahaha.
 |
nih dia anak yang gendong anjingnya :)) |
Oke,
setelah kami sampai di tenda, kami pun bergegas untuk beribadah, kemudian kami bersiap
untuk masak, karena perut pun mulai keroncongan. Sekitar jam setengah 8 tiba-tiba
hujan pun turun, wah hujan ini akan membuat trek menuju puncak menjadi sedikit
licin dan berlumpur, hahaha, tetapi hal ini tidak menyurutkan niat kami untuk
tetap mendaki. Setelah itu semua, kami pun menunggu waktu hingga pukul 12 untuk
melakukan pendakian, setengah jam sebelum mendaki saya tertidur dan ketika
teman saya membangunkan saya, kepala saya sakitnya minta ampun, sakitnya cuman
sebelah pulak itu (migraine), dan sepertinya saya agak sedikit masuk angin, dan
lagi-lagi hal ini tidak menyurutkan niat saya untuk tetap menaklukkan puncak
sinabung.
 |
trek berlumpur |
Teng jam 12. Kami pun menyiapkan peralatan yang akan kami bawa. Setelah semua selesai kami pun tak lupa berdoa meminta perlindungan dari Allah SWT. Dan perjalananpun kami mulai, kami mendaki kearah bukit tadi dan memasuki pintu rimba. Dari pintu rimba menuju shelter 1 perjalanan aman-aman saja, hanya sedikit berlumpur akibat hujan yang tadi. Perjalaanan dari shelter 1 ke shelter 2 pun aman-aman saja. Oh iya, kami biasanya beristirahat sekitar 5-15 menit di tiap shelter (*sedikit tips, jika memang mau beristirahat di setiap shelter usahakan di tiap peristirahatan berhenti kurang dari 10 menit, karena jika terlalu lama hawa dingin akan membuat baju kita yang basah karena keringat akan menjadi sangat dingin, dan ini akan memperparah kondisi orang yang sedang masuk angin). Oke lanjut, perjalanan dari shelter 2 ke shelter 3 agak kurang menyenangkan bagi saya, karena apa? Karena baru seperempat perjalanan perut saya terasa mual dan migraine saya semakin menjadi-jadi, walhasil saya pun memanggil-manggil uwak saya *alias muntah*, wahaha. Setelah muntah, kami beristirahat sebentar lagi sekitar 3 menitan, dan saya mengganti baju saya yang basah tadi, kemudian setelah muntah itu Alhamdulillah kondisi saya sangat membaik, dan sakit kepala saya pun perlahan-lahan menghilang. Oke, perjalanan kami lanjut dan sampai ke shelter 3, disini kami beristirahat kurang dari 10 menit. Perjalanan kami lanjut hingga sampai ke tempat mata air yang biasa disebut para pendaki daerah pandan karena disini banyak terdapat pandan, dan pandannya pun sangat besar-besar. Di daerah pandan ini seperempat perjalanan lagi akan sampai ke shelter 4. Disini kami beristirahat sebentar sambil mengisi persediaan air minum kami. Perjalanan kami lanjut, dan akhirnya sampai di shelter 4. Dari shelter 4 menuju shelter 5 trek menuju puncak sinabung pun sudah mulai berubah, yang tadinya di tengah hutan dan berlumpur, trek kali ini sudah mulai masuk ke daerah bebatuan nan licin (akibat hujan tadi, kalo tidak hujan biasanya tidak terlalu licin). Sesampainya di shelter 5 kami beristirahat sebentar, kemudian lanjut jalan lagi. Dari shelter 5 menuju ke puncak ini baru trek yang bisa di bilang seru, karena di trek kali ini kita akan memanjat bebatuan tersebut dengan kemiringan kurang lebih 80 derajat. Oke, panjat memanjat babatuan lewat, daaaannnn akhirnya sampai lah kami di puncak sinabung. Kami sampai di puncak pukuil 04.30 WIB. Di puncak kami beristirahat dan menunggu-nunggu waktu Shubuh. Ketika waktu Shubuh tiba teman saya mengumandangkan Adzan dan kami pun beribadah, dan stelah itu tidur sebentar lagi menunggu sang matahari tebit.
 |
sunrise |
Dan
sekitar pukul 06.00 WIB sang surya pun mulai menampakkan dirinya. Dan seperti
biasa kami pun mulai berfoto ria, hehehe. Sekitar pukul 06.30 WIB kami pun
sarapan ditemani dengan kopi dan susu hangat, maknyos hangatnya. Pada pendakian
kali ini di puncak gunung terdapat kabut yang cukup tebal, sehingga jarak
pandang kami hanya berkisar 5 meter, yang biasanya skitar jam 7 semua
pemndangan udah terlihat jelas, tetapi kali ini masih tertutup oleh kabut. Hal
ini menyebabkan pemandangan di puncak agak kurang cantik, sehingga kami
memutuskan untuk agak berlama-lama di puncak, menunggu-nunggu sang kabut agak
hilang. Ya, memang benar, sekitar jam 8-an kabut pun mulai hilang, dan mulai
nampaklah keindahan pemandangan di puncak gunung sinabung, amazing,
Subhanallah. Sekitar pukul 09.15 WIB sang kabut pun mulai muncul lagi, sehingga
pemandangan-pemandangan yang indah pun mulai tertutupi olehnya (lagi). Setelah
capek mengeksplor puncak gunung Sinabung kami pun beristirahat sebentar sebelum
akhirnya memutuskan untuk turun sekitar pukul 10.30 WIB.
 |
salah satu tumbuhan yang ditemukan pada saat jalan turun |
Di
perjalanan turun kami menggunakan jalur yang sama dengan jalur mendaki, karena
jalur untuk naik dan turun gunung sinabung hanya satu yang sering digunakan para pendaki,
berbeda dengan gunung sibayak, yang terdapat beberapa jalur untuk naik ataupun
turun. Dan dalam perjalan turun kali ini pun memang sepertinya saya lagi tidak
beruntung, di jalan bebatuan yang licin menuju ke shelter 4 saya terpeleset
dari bebatuan yang kira-kira 1,5 meter tingginya, gedebam begitu bunyinya dan
saya pun jatuh dengan posisi terduduk, alahmak, acit nai, bahahahaha. Ya, ini
memang sepertinya bukan hari baik saya untuk mendaki gunung. Oh ya, atau
mungkin karena saya tidak minta izin dulu dari orang tua saya, haha. Saya tidak
meminta izin karena orang tua saya lagi pergi beribadah ke tanah suci waktu
itu, dan kami jarang berkomunikasi agar saya tidak mengganggu fokus ibadah
mereka. Biasanya saya memang selalu minta izin dulu kalok mau pergi-pergi ke
tempat-tempat yang agak ekstrim. Biar didoain selamat-selamat sampai tujuan dan
pulang ke rumah (ini juga salah satu tips lho, agar terhindar dari kecelakaan
alam, Insya Allah). Oke, lanjut cerita, sekitar pukul 13.00 WIB kami pun sampai
di pintu rimba, dan dari pintu rimba menuju ke bawah itu banyak terdapat lahan
pertanian, beberapa teman saya sempat singgah di perkebunan jeruk bali milik
warga, dan mereka membeli jeruk yang sebentar lagi dipanaen itu, petaninya
sangat baik hati, kami membeli dengan harga Rp. 20.000,- maka dia memberi kami
1 goni jeruk tersebut, hahahaha (goni ukuran 15kg, red). Jeruknya memang tidak
terlalu besar-besar, tetapi rasanya manis-manis semua.
Oke,
dan sampai lah kami di tenda. Di tenda istirahat sebentar, kemudian mandi,
membereskan barang-barang, makan siang di warung, dan kemudian numpang Sholat
di warung tersebut. Dan setelah semuanya selesai, kira-kira pukul 16.00 WIB
kami pun bergegas pulang. Hari yang melelahkan dan sangat menyenangkan. Sekian.
Berikut beberapa foto yang kami ambil :
 |
We are in the top |
 |
tertutup kabut |
 |
Lau Kawar |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar