PENGANTAR PSIKOLOGI
UMUM
PENGGUNAAN
GADGET DAN PERILAKU MANUSIA
AHMAD BADRIL AZMI NST
111402114
PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU
KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji sukur
penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan tepat waktu. Karya tulis yang
berjudul “Manusia dan Gadget” ini penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Umum. Mata kuliah ini dibimbing oleh ibu Filia Dina Anggaraeni, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada ibu, karena dengan karya
ilmiah ini penulis dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan pembuatan karya ilmiah yang dikerjakan.
Penulis
menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kepada Ibu ataupun teman sekalian untuk memberikan
kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk membuat karya ilmiah yang
lebih baik lagi ke depannya.
Penulis juga
memohon maaf apabila dalam penulisan karya ilmiah ini banyak terdapat
kekurangan maupun kesalahan dalam isinya. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih, semoga karya tulis ini bermanfaat.
Medan,
19 April 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di
masa sekarang ini pasti semua orang sudah mengerti apa itu sebuah gadget. Bahkan sekarang
ini semua orang sudah memiliki alat-alat yang dinamakan gadget ini. Penggunanya
bukan hanya sekedar orang dewasa saja, namun anak-anak kecil pun sudah banyak
yang memiliki dan menggunakannya. Untuk bahasan yang lebih lanjut, disini
penulis akan menguraikan sedikit definisi tentang gadget.
Gadget adalah suatu istilah yang
asal-muasalnya dari bahasa Inggris yang mempunyai arti alat elektronik atau
digital yang berukuran mini yang mempunyai kegunaan khusus. Sesuai dengan
penjelasan tersebut, contoh dari gadget disini yaitu seperti perangkat flashdisk,
yaitu perangkat yang berfungsi khusus untuk menyimpan data-data digital,
kemudian yang poaling popular saat ini adalah smartphone atau ponsel pintar,
smartphone sangat fungsional, di dalamnya berisi banyak sekali fitur-fitur
canggih yang bisa membantu pekrjaan si penggunanya ataupun sebagai alat untuk
bermain game maupun untuk bermedia social.
Pesatnya perkembangan teknologi
Gadget dimasyarakat luas seperti iPhone, netbook, ultrabook dan sebangsanya
patut diwaspadai. Hal ini mempunyai arti yang cukup jelas berhubungan dengan
yang sering kita sebut sebagai ketergantungan terhadap teknologi. Selain sisi
keuntungan dari Gadget sebagai alat pembantu sehari-hari yang praktis, di lain
sisi perangkat seperti ini dapat menimbulkan ancaman terhadap iklim inovasi
yang telah terbangun selama bertahun-tahun dalam mengembangkan Internet.
Perangkat
mutakhir yang dalam kehadirannya telah menciptakan gaya hidup konsumtif ini
cenderung memanjakan para pengguna sehingga dapat mematikan daya kreativitas
mereka. Sebuah pola fikir “wajib memiliki” telah berkembang dan terbentuk di
masyarakat sehingga apa yang kita khawatirkan itu benar-benar terjadi.
Orang-orang cenderung pasif dalam hubungannya dengan daya cipta terhadap
teknologi. Parahnya lagi, produk-produk Gadget tak hanya dimonopoli perusahaan
terkenal dan populer. Kini produsen China maupun lokal yang identik dengan
barang yang murah juga ikut bermain. Situasi seperti ini akan semakin
memudahkan semua golongan masyarakat dalam memiliki sebuah gadget.
Lain
dengan perangkat komputer yang bisa berfungsi sebagai media pengembangan,
pengolahan data yang outputnya dapat dikonversi menjadi perkembangan teknologi,
praktis gadget hanya membiasakan kita menjadi orang yang malas. Dengan
kemudahan dalam mengakses Internet, anak-anak telah dininabobokan berbagai
aktivitas kurang penting yang seharusnya dalam usia mereka adalah masa-masa
penting untuk belajar dan menimba ilmu pengetahuan. Browsing non stop di
Internet, sibuk ber facebook ria dengan dalih memperbanyak teman dan
bersosialisasi, twitteran tanpa arti dan bermain game online adalah imbas dari
semua itu. Kondisi seperti ini mencerminkan atas apa yang sering kita sebut
sebagai rusaknya sebuah generasi. Dalam hal ini peran orang tua dengan tanggung
jawab serta kontrol penuh menjadi penentu semuanya.
RUMUSAN MASALAH
Dari
latyar belakang yang penulis jabarkan, maka rumusan masalah yang akan di bahas
adalah:
1. Perubahan
perilaku apa saja yang dialami manusia setelah mengenal dan menggunakan gadget?
2. Apakah gadget
lebih banyak manfaatnya atau malah lebih banyak buruknya?
3. Jika dampak
buruk gadget banyak, apakah sebaiknya gadget ditiadakan?
4. Bagaimana cara
mengatasi dampak buruk dari gadget?
TUJUAN PENELITIAN
Adapun
tujuan penelitian yang penulis akan uraikan dalam karya ilmiah ini adalah untuk
mengetahui perkembangan perilaku manusia terhadap adanya gadget, dan juga untuk
mengetahui bagaimana cara kita agar bisa terlepas dari pengaruh negative sebuah
gadget.
BAB II
PEMBAHASAN
Smartphone
(ponsel pintar) dan computer tablet merupakan gadget yang paling diminati dan
paling banyak digunakan orang-orang pada saat ini. Pengguna smarthphone ataupun
tablet bukan hanya orang dewasa saja, melainkan anak kecil pun sudah banyak
yang menggunakannya. Mereka biasanya sering menggunakan gadget untuk browsing
ataupun untuk mengakses situs social media.
Gadget yang
terintegrasi dengan situs jejaring sosial dan pesan instan memang telah membawa
dunia lain dalam genggaman kita. Hanya dengan mengaksesnya, kita bisa bertemu
dengan jutaan orang dari seluruh penjuru dunia, dan mendapatkan segala
informasi dalam hitungan detik. Terlebih, di “dunia” yang ditawarkan gadget ini
kita berkuasa penuh. Dengan siapa kita ingin berkomunikasi, akan menjadi siapa
kita di dunia itu, dan bagaimana imej yang ingin kita bentuk, semuanya terserah
kita. Seperti mendapatkan kesempatan untuk menjadi orang lain. Di Indonesia,
demam perangkat ini sudah berlangsung sejak 2008, tepat ketika Facebook naik
daun dan penetrasi telefon seluler di di negeri ini melewati angka 50 persen. Indonesia
kini bahkan telah menjadi salah satu negara dengan pengguna Facebook dan
Twitter terbesar di dunia, yang penggunanya masing-masing mencapai 51 juta dan
19,5 juta orang.Ini adalah kenikmatan penduduk dunia abad ke-21. Jarak dan
waktu bagaikan terbunuh oleh kemajuan teknologi informasi semacam ini.
Namun di lain
pihak, kecanggihan teknologi ini juga dapat merugikan kehidupan manusia,
terutama bagi mereka yang salah kaprah dalam penggunaannya. Ada orang yang
saking terbiasanya menggunakan gadget, berkembang menjadi seorang pecandu
gadget atau gadget mania. Mengutip pendapat pakar teknologi informasi dari
Institut Teknologi Bandung(ITB) Dimitri Mahayana, bahwa sekitar 5-10 persen
gadget mania terbiasa menyentuh gadgetnya sebanyak 100-200 kali dalam sehari,
baik untuk mengirim pesan pendek (SMS), pesan instan, dan mengunggah status.
Jika waktu efektif manusia beraktivitas 16 jam atau 960 menit sehari, dengan
demikian orang yang kecanduan gadget akan menyentuh perangkatnya itu 4,8 menit
sekali! Jadi, seorang pecandu gadget akan sulit untuk menjalani kehidupan
nyata. Jangankan mengerjakan pekerjaan, untuk diajak ngobrol saja pasti sulit.
Kiprah orang-orang seperti ini di dunia nyata akan berkurang, karena
perhatiannya tersedot ke dunia maya. Jika dia dipisahkan dengan benda
kesayangannya itu, maka diapun akan menjadi gelisah dan tidak dapat
beraktifitas di dunia nyata. Kalau terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin
orang seperti ini bisa menjadi seorang pengidap attention deficit disorder
(ADD). Sangat ironis. Padahal dahulu, jauh sebelum Blackberry, tablet, dan
android ditemukan, kita bisa hidup dengan tenang. Sepertinya kebutuhan untuk
berkomunikasi dan membangun eksistensi diri di dunia maya tidak pernah begitu
mendesak. Tapi coba bandingkan dengan kondisi sekarang. Ketinggalan Blackberry
di rumah ketika kita sudah ada di tempat kerja sungguh membuat frustasi. Kita
seperti terisolasi dari dunia pergaulan dan informasi. Rasanya seperti menjadi
orang buta yang tidak tahu apa-apa. Kitapun dengan rela menempuh kembali
perjalanan ke rumah hanya demi mengambil sang gadget.
Bahkan
diperkirakan 80 persen pengguna gadget di Indonesia memiliki perilaku seperti
itu. Mereka tidak tahan jika harus berlama-lama berpisah dengan gadgetnya.
Hanya sepuluh persen saja pengguna gadget di Indonesia yang mampu membatasi
penggunaan gadget di saat-saat tertentu. Sebagian dari kita berdalih bahwa
kebutuhan mereka akan gadget berhubungan dengan keperluan pekerjaan. Argumen
ini mungkin benar, karena perangkat ini memang mengandung teknologi yang
memudahkan hidup manusia. Akan tetapi, kita juga harus mengakui bahwa
penggunaan gadget untuk kepentingan eksistensi dan pencitraan diri porsinya
bisa jauh lebih besar ketimbang untuk kepentingan pekerjaan.
Berikut adalah
perbandingan perilaku manusia antara sebelum mewabahnya gadget dan sesudahnya:
Dulu : Orang-orang berdoa terlebih dulu sebelum makan
Dulu : Orang-orang berdoa terlebih dulu sebelum makan
Sekarang
: Orang-orang foto sebelum makan
Dulu : Semua orang jalannya tegak
Sekarang : Kebanyakan orang sekarang berjalan menunduk, karena malihat gadgetnya
Gempa
Dulu : Langsung
selamatkan diri
Sekarang :
Update status FB / tweet dulu
Masuk ke Kafe
Dulu : Pesen
makanan/minuman lalu ngobrol
Sekarang : Cari
colokan listrik & konek WiFi baru pesen makanan/minuman
Pasangan
Dulu : Berantem
karena kepergok selingkuh
Sekarang : Berantem karena gadget (Yang satu mau cek
sms/foto/bbm, yang satu ga ngasih lalu curiga)
Penulis juga
melihat bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap gadget, rata-rata
didorong oleh motif afiliasi. Artinya, mereka membeli gadget untuk menjalin
hubungan dengan orang lain, dan bukan atas nama motif kekuasaan atau prestasi.
Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang membeli gadget untuk membantu
menjalankan bisnis.
Maka tidak heran
jika pelajar dan mahasiswa di Indonesia menjadi pasar potensial bagi gadget-gadget
canggih ini. Kita bisa menjadi siapa saja di dunia maya, dan memberikan
pencitraan ideal terhadap teman-teman virtual kita. Seindah apapun pergaulan di
sana, jangan lupa, mereka bisa jadi tidak nyata, dan segala kebanggaan yang
kita rasa ketika berada di sana, adalah semu. Hal-hal tersebut tidak cukup
berharga untuk menggeser kehidupan nyata kita dengan orang-orang nyata yang ada
di sekitar kita. Semoga kita bisa menjadi pengguna gadget yang bijak.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkembangan
gadget dan teknologi-teknologinya tentu saja memiliki dampak positif dan negatif
bagi manusia sebagai pemakainya. Yang termasuk ke dalam dampak positif dari
penggunaan gadget adalah gadget bisa membantu pekerjaan-pekerjaan manusia,
selain itu gadget juga bisa menjadi alat komunikasi yang sangat memiliki banyak
fungsi, gadget juga memudahkan manusia untuk mengetahui berbagai informasi yang
diinginkannya.
Kemudian
dampak negatif dari penggunaan gadget ini sudah penulis jabarkan secara panjang
lebar pada bab pembahansan, diantaranya adalah dengan adanya gadget bisa
membuat seseorang yang jauh semakin dekat dan juga orang yang dekat semakin
menjauh, hal ini disebabkan pribadi penggila gadget cenderung tidak peduli
dengan kehidupan sekitarnya yang nyata, kebanyakan dari mereka lebih asik
dengan dunianya sendiri yang menyebabkan mereka seperti orang autis. Padahal sebagaimana
kita ketahui kehidupan nyata jauh lebih penting dan berharga daripada kehidupan
di dunia yang tidak nyata (semu).
SARAN
Sebagai
manusia yang bijak dan berakal, sudah seharusnya kita lah yang mengendalikan
gadget kita, bukan sebaliknya gadget kita yang mengendalikan kita. Maka dari
itu saran dari penulis adalah gunakanlah gadet yang kita miliki seperlunya, dan
ingatlah waktu ketika kita menggunakan gadget sehingga kita tidak terlena di
dalamnya. Di samping itu lebih pekalah terhadap lingkungan dan kehidupan di
sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar